KARAKTERISTIK ENDAPAN LATERIT NIKEL DAN UNSUR TANAH JARANG DI DAERAH PULAU GEBE, HALMAHERA TENGAH, MALUKU UTARA

CHARACTERISTICS OF NICKEL LATERITE DEPOSITS AND RARE EARTH ELEMENTS IN GEBE ISLAND, CENTRAL HALMAHERA, NORTH MALUKU

  • Rabbani Rafif Abidin Institut Teknologi Bandung
  • Very Susanto Institut Teknologi Bandung
  • Sulaeman Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi
  • Hartaja M. Hatta Wicaksono Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi
Kata Kunci: Laterit nikel, batuan dasar, REE, Pulau Gebe

Abstrak

Nikel laterit merupakan produk pelapukan batuan ultramafik yang memiliki kelimpahan mineral olivin dan ortopiroksen. Geologi di daerah Pulau Gebe, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara disusun oleh batugamping yang disetarakan dengan Formasi Waigeo yang memiliki hubungan ketidakselarasan dengan batuan ultramafik di bawahnya sebagai pembawa endapan laterit nikel. Pelapukan pada batuan ultramafik menghasilkan profil dan karakter laterit nikel yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik endapan laterit dan batuan dasar daerah ini serta mengetahui kelimpahan unsur tanah jarang di daerah ini. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa batuan pembawa laterit nikel di daerah ini adalah dunit. Profil endapan laterit nikel di pulau ini terdiri dari red limonite, yellow limonite, dan saprolit. Zona red limonite dicirikan dengan kandungan Fe2O3 relatif tinggi dan derajat lateritisasi kuat, zona yellow limonite dicirikan dengan kandungan Al2O3 relatif tinggi dan derajat lateritisasi lemah hingga kuat, zona saprolit dicirikan dengan kandungan MgO dan SiO2 relatif tinggi. Secara umum, pada endapan laterit nikel daerah penelitian menunjukkan pengayaan relatif ΣREE terhadap batuan dasar dan kandungan ΣLREE lebih kaya dibandingkan dengan kandungan ΣHREE. Berdasarkan korelasi spearman, pengontrol utama pengayaan ΣLREE(La-Eu) dan ΣHREE(Gd-Lu) adalah mineral Fe dengan nilai koefisien spearman antara ΣLREE(La-Eu) dan ΣHREE(Gd-Lu) dengan Fe2O3 adalah 0,64-0,83. Sedangkan pengontrol utama pengayaan Sc adalah mineral Al dengan nilai koefisien spearman antara Sc dengan Al2O3 adalah 0,59.

##plugins.generic.usageStats.downloads##

##plugins.generic.usageStats.noStats##

Referensi

Aiglsperger, T., J. A.Proenza,.J., F.Lewis, , M.Labrador, M.Svojtka, , Rojas-Puron, A., F.Longo,. dan J. Durisova, (2015). Critical metals (REE, Sc, PGE) in Ni laterites from Cuba and the Dominican Republic. Ore Geology Reviews, 73, 127-147.

Aleva, G. J. J. (1994): Laterites: concepts, geology, morphology and chemistry. International Soil Reference and Information Centre (ISRIC).

Butt, C. R., danD. Cluzel, (2013): Nickel laterite ore deposits: weathered serpentinites. Elements, 9(2), 123-128.

Brahmantyo, B., dan B.Salim, (2006): Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform) untuk Pemetaan Geomorfologi pada Skala 1: 25.000 dan Aplikasinya untuk Penataan Ruang, Jurnal Geoaplika, 1, 071-078.

Elias, M. (2002): Nickel laterite deposits-geological overview, resources, and exploitation, Giant ore deposits: Characteristics, genesis, and exploration. CODES Special Publication, 4, 205-220.

Robb, L. (2005): Introduction to Ore Forming Processes, UK: Blackwell Publishing.

Schellmann, W. (1986): A new definition of laterite, Memoirs of the Geological Survey of India, 120, 1-7.

Sulaeman, H., M., H.Wicaksono, , R., S.Nugraha,F.Firmansyah.., dan A.Suparmin, (2020): Prospeksi Nikel dan Mineral Pengikutnya di Pulau Gebe, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara. Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Supriatna, S., A. S. Hakim, dan T. Apandi, (1995): Peta Geologi Lembar Waigeo, Irian Jaya. Badan Geologi.

van Bemmelen, R. W. (1949): The Geology of Indonesia, Vol I-A, General Geology, Government Print, The Hague Netherland.

Diterbitkan
2022-08-29
Bagian
Buletin Sumber Daya Geologi